REVIEW FILM “SIGNAL 100”
REVIEW FILM “SIGNAL
100”
Muhammad Naufal Monsong
Gmail : mnmshowpart2@gmail.com
Instagram : herpbiki
Youtube : MNM Show
Poster "Signal 100" (Source : IMDb)
Abstrak
Banyak orang yang berpikir bahwa,
yang bisa mereview sebuah film hanyalah kritikus film. Orang awam dianggap
sangat tabu untuk memberikan ulasan karena pengetahuan yang dianggap kurang
Pendahuluan
“Signal 100” adalah film Jepang tahun
2020 yang menceritakan tentang 36 siswa SMA yang terhipnotis setelah melihat
video misterius. Sugesti dari hipnotis tersebut adalah, setiap siswa akan
melakukan bunuh diri jika melakukan salah satu dari 100 hal yang dilarang. Pengaruh
hipnotis baru akan hilang saat satu orang selamat.
Film ini dibintangi oleh Kanna
Hashimoto, Yuta Koseki, Toshiki Seto, dan beberapa pemeran lainnya.
Disutradarai oleh Lisa Takeba dan film ini diadaptasi dari manga yang berjudul
sama dari penulis Miyatsuki Arata
Metode penulisan
Review ditulis dengan menggunakan
struktur penulisan ilmiah, namun menggunakan bahasa yang santai layaknya
review-review film lain yang beredar di internet. Isi review murni merupakan
opini penulis yang bukan seorang kritikus film, melainkan penikmat film biasa. Maka
dari itu, beberapa bagian dalam tulisan akan mengandung kalimat yang cenderung
kurang umum. Review juga akan menjelaskan beberapa adegan secara rinci, maka
dari itu review ini akan mengandung spoiler. Tidak seperti review-review
sebelumnya, review kali ini akan memberikan skor berdasarkan opini pribadi
penulis.
Tujuan
Adapun tujuan penulisan review ini
adalah untuk mengisi waktu senggang, dimana penulis tidak sedang mengerjakan
proyek film pendek, lomba, maupun tugas kuliah. Tujuan penulisan lainnya adalah
menyampaikan pendapat penulis yang tersimpan di dalam benak terhadap film yang
ditonton; sebagaimana yang diucapkan oleh dosen penulis bahwa, isi otak kita
harus diketahui oleh dunia . Selain itu, tujuan lainnya adalah untuk mengurangi
isi hard drive laptop tempat penulis menyimpan film. Dengan selesainya review
ini, film “Signal 100” pun akan dihapus dari laptop penulis.
Pembahasan
Karakter
Karakter yang mungkin terlalu
banyak, sehingga kurang yang bisa dieksplor. Ditambah durasi film yang hanya
satu setengah jam sehingga tidak banyak yang bisa digali dari karakter-karakter
dalam film ini. Meski begitu, beberapa dari mereka menunjukkan performa yang
bagus.
Kashimura seharusnya bertindak
sebagai tokoh utama dan lebih banyak disorot. Namun karena terlalu banyak
karakter yang muncul ketika konflik berlangsung, kesempatan disorot tidak
terlalu banyak. Hal ini sangat disayangkan berhubung Kashimura diperankan oleh
Kanna Hashimoto yang merupakan aktris favorit penulis.
Karakter Kashimura sepertinya
digambarkan sebagai gadis SMA biasa yang tidak terlalu peduli tentang
percintaan. Dan seperti karakter naïf yang klise dalam manga lainnya, Kashimura
bersifat optimis dan mementingkan kerjasama dengan karakter lain, bahkan musuh
sendiri.
Perubahan Kashimura selama konflik
berlangsung dan menjelang ending film rasanya tidak ada yang spesial. Kanna
yang sepertinya terlalu banyak bermain di film komedi –meski dorama yang serius
tidak sedikit-- seakan kesulitan untuk berada di Signal 100.
Yuta Koseki sebagai Sakaki Sota
Siswa cool dari klub sepak bola.
Digambarkan sebagai remaja yang peduli dengan teman-teman satu klubnya,
sahabatnya, dan orang yang ia sukai. Ia menyukai Kashimura, sementara ada gadis
lain yang menyukainya namun Sota tidak peka. Mungkin bukan tidak peka, tapi
lebih ke menelantarkan orang yang menyukainya. Yah, cowok cool ini agak tega.
Toshiki Seto sebagai Wada Hayato
Wada adalah karakter antagonis. Dia
licik dan hanya mementingkan diri sendiri. Ia menyembunyikan aturan-aturan
terlarang yang ia ketahui. Menjelang ending, akhirnya ketahuan bahwa, ia adalah
sahabat masa kecil Sota dan pernah mengajaknya bunuh diri. Entah apa yang
mendasari motifnya ingin bertahan dari hipnotis itu.
Shido Nakamura sebagai Shinobe
Shinobe adalah villain utama. Ia
adalah dalang dibalik semuanya. Digambarkan sebagai guru berkacamata yang
terlihat lembut namun agak creepy karena ia adalah psikopat. Sempat diperlihatkan
bunuh diri sehingga membuat asumsi bahwa ia juga terkena hipnotis, namun
ternyata di ending film ia masih hidup.
Yui Kitamura sebagai Minowa
Minowa adalah salah satu sahabat
Kashimura. Sampai pertengahan film ia menunjukkan kerja sama dan mendampingi
Kashimura. Namun karena kecemburuannya akibat Kashimura selalu didekati oleh
Sato, bahkan ‘dicampakkan’ oleh Sato, ia berbalik menjadi musuh.
Masih banyak karakter lain seperti
Yoshikawa yang menjadi siswi pertama yang terhipnotis, Sanae, Haru, Seiya,
Sonoda, dan lainnya yang tentunya akan terlalu banyak jika dideskripsikan satu
per satu.
Cerita
Jujur saja, penulis sempat berharap
banyak ketika melihat trailer film “Signal 100” ini. Trailer yang dipenuhi
cuplikan gore membuat penulis berpikir film ini akan sangat seru. Well yes, but
actually no.
Semuanya terjadi begitu cepat, mulai
dari adegan belajar di kelas, kemudian masuk ke fase hipnotis, bunuh diri dan
sebagainya. Jeda untuk pengenalan karakter yang begitu banyak sayang sekali
tidak sepadan. Begitu juga sebab akibat terkait apa yang sedang terjadi,
seperti mengapa mereka tiba-tiba disuruh berkumpul di aula hipnotis.
Kashimura dengan “ayo kita bekerja
sama mencari solusinya” dan “aku ingin
mempercayai musuh kita” yang klise tidak terlalu sreg di hati penulis.
Keberaniannya membentak guru, simpatinya pada kawan-kawan, serta cukup pintar
dalam menyadari sinyal sebenarnya merupakan hal yang bagus. Namun entah mengapa
justru itu membuatnya kurang enjoyable. Mungkin karena tidak cocok dengan
persona Kanna yang ceria di beberapa film lainnya –lebih tepatnya penulis baru
pertama kali melihat akting serius Kanna.
Kenaifan Kashimura juga benar-benar
membuang waktu. Lagi-lagi dengan “ayo kita bekerja sama mencari solusi” padahal
bahaya sedang mengancam mereka. Kelompok Kashimura bisa saja membunuh Wada,
namun dengan bodohnya Sakaki Sato tidak mengeluarkan jari telunjuk.
Motif Shinobe selaku villain utama
juga kurang jelas. Dia hanya mengatakan pada para siswa bahwa, kejadian itu adalah
demi kebaikan mereka sendiri, sebagai latihan sebelum terjun ke masyarakat.
What the hell? Ingin menjadikan siswanya lebih baik dengan cara membiarkan
mereka bunuh diri hingga hanya tersisa satu orang yang selamat besok paginya?
Motivasi macam apa itu?
Film ini mengangkat konsep seperti
film “Battle Royale” (2000), dimana para siswa bertarung satu sama lain hingga
tersisa satu orang; namun sayangnya konsep tersebut nampaknya agak berbeda. Di
film “Signal 100” ini, mereka bahkan tidak bisa saling menyakiti secara fisik.
Motivasi di film “Battle Royale” bisa dikatakan ‘lebih masuk akal’ daripada
motivasi Shinobe.
Mohon maaf untuk para pembaca manga
dan fans Kanna Hashimoto, tapi penulis menganggap film ini kurang berhasil.
Durasi 1 jam 28 menit sepertinya masih kurang untuk membawakan cerita yang
diadaptasi dari manga. Terlihat banyak hal yang di-press.
Kembali ke Shinobe. Background
Shinobe juga tidak jelas. Sempat diperlihatkan ia bunuh diri seperti siswa
lain. Namun di akhir film ditunjukkan mayatnya menghilang dan ternyata ia masih
hidup dalam keadaan dirantai. Siapa Shinobe sebenarnya juga tidak dijelaskan,
apakah ia iblis atau anggota sekte yang masih tersisa. Bagaimana Kashimura yang
sudah menjadi kriminolog menemukan Shinobe juga tidak dijelaskan
Ending filmnya adalah Kashimura
memutarkan video hipnotis yang sama pada Shinobe. Sayangnya itu tidak terlalu
memuaskan. Maksud penulis, apa gunanya? Shinobe bahkan ternyata tidak bisa mati
setelah menjatuhkan diri dari gedung sekolah, lalu buat apa menghipnotis
Shinobe agar bunuh diri?
Shinobe yang masih hidup sepertinya
tidak bisa menjadi plot twist yang memuaskan. Penulis sempat berharap plot
twistnya ada pada karakter Wada, karena salah satu signal bunuh diri adalah
membeberkan tentang hipnotis, dan Wada melakukannya namun tidak mati. Ternyata tidak
ada dan bagian tersebut menjadi plot-hole.
Meski begitu, ada beberapa poin
positif juga dari film ini. Ada karakter bernama Minowa, yang juga merupakan
salah satu teman dekat Kashimura. Karakter Minowa sebenarnya menyukai Sato,
namun cintanya bertepuk sebelah tangan karena ternyata Sato justru menyukai
Kashimura. Minowa akhirnya berbalik menjadi musuh. Perkembangan karakter yang
bagus namun tampaknya terlalu cepat.
Sebenarnya konsep film ini lumayan
gila. Battle royale namun tidak bisa menyakiti satu sama lain dan mereka hanya
diberi waktu sampai besok pagi. Bisa dibayangkan betapa helpless-nya mereka ditambah mereka harus memainkan taktik bertahan
hidup.
Jangan lupa karakter Wada yang
bermuka dua dan licik. Karakter seperti Wada sebenarnya cukup banyak di film
dan serial lain. Namun justru kelicikan Wada yang menunjang plot film “Signal
100” ini. Penulis kasihan dengan karakter Sanae, gadis imut nan polos yang
menjadi korban kelicikan Wada setelah adegan kissing.
Editing
Warna cukup bagus. Cuplikan adegan
gore berhasil membuat ngilu. Footage hipnotis yang sesekali ditampilkan dengan
cepat juga cukup menyilaukan mata sehingga seakan-akan kita juga bisa merasakan
hipnotis tersebut. Yang menjadi sedikit masalah adalah CGI, tepatnya di adegan
keluar sekolah, namun masih bisa ditolerir.
Adegan hipnotis |
CGI putar leher |
Untuk musik scoring, tidak terlalu
menegangkan. Terlebih pada adegan baku tunjuk di aula sekolah. Penulis kurang
tahu genrenya –RnB? Upbeat? Yang cukup intens mungkin ada pada adegan
kecurigaan para anak klub sepakbola, dan juga adegan ketika Wada menyiramkan
soda ke tubuh teman-temannya.
Plus minus
Plus
:
- - Kanna
Hashimoto
- - Beberapa
karakter cantik berseragam SMA
- - Kanna
Hashimoto lagi, kali ini dari segi akting. Meskipun karakter yang dibawakan
Kanna terkesan naif dan agak klise, tapi harus diakui Kanna mampu berakting
serius.
- - Cuplikan
gore yang lumayan membuat ngilu.
- - Kelicikan
Wada.
- - Beberapa
pemeran tokusatsu ada di sini, meskipun hal tersebut adalah hal yang wajar.
Yamato Zyuohger |
Kamen Rider Brave |
Minus
:
- - Plot
yang terlalu diburu.
- - Karakter
pendukung yang terlalu banyak.
- - Motivasi
dan background Shinobe yang tidak jelas.
- - Ending
tidak terlalu memuaskan.
Best
lines
Best line keluar dari mulut Kashimura di awal-awal film. Sangat relevan dan menggambarkan keadaan sekitar kita, dimana orang-orang sering merasa benar sendiri.
Kashimura : “Kubilang,
apa maksudnya? Bilangnya demi kami, bukankah itu hanya
supaya Pak Guru terlihat benar?!”
Kesimpulan
Meskipun ada beberapa kekurangan
–lebih tepatnya penulis pribadi merasa kurang sreg dengan filmnya, tetap ada
poin-poin positif dalam film ini. Poin plus paling utama di film “Signal 100”
ini tentunya adalah Kanna Hashimoto. Untuk keseluruhan film, penulis memberi
rating 6.3/10. But hey, this review is based on my personal opinion, so it’s
subjective.
Works Cited
Arata, M. Signal 100.
Herawan, B. A. (2019,
Januari 6). Memang Kenapa Kalau Orang Awam Bikin Review Film? Retrieved
Juni 23, 2019, from Medium:
https://medium.com/@aryandiaz/memang-kenapa-kalau-orang-awam-bikin-review-film-d4559c2ae19
Sadli, I. (2017,
September). Belajar Cara Menulis Review Film. Retrieved Juni 23, 2019,
from ilhamsadli: https://www.ilhamsadli.com/2017/09/belajar-cara-menulis-review-film.html
Takeba, L. (Director).
(2020). Signal 100 [Motion Picture].
Komentar
Posting Komentar