Review Film "The Ninth Gate"
REVIEW
FILM “THE NINTH GATE”
Muhammad Naufal Monsong
Instagram : herpbiki
Youtube : MNM Show
Poster film "The Ninth Gate" (sumber : Google Images) |
Abstrak
Banyak
orang yang berpikir bahwa, yang bisa mereview sebuah film hanyalah kritikus
film. Orang awam dianggap sangat tabu untuk memberikan ulasan karena
pengetahuan yang dianggap kurang (Herawan, 2019) . Namun kenyataannya,
siapa saja boleh mereview film, karena review tidak hanya terpaku pada bagian
negatif saja (Sadli, 2017) . Pada review ini,
penulis akan mengemukakan opini terkait film yang telah ditonton, yaitu “The
Ninth Gate”. Film ini pertama kali ditonton oleh penulis tahun 2019 lalu
setelah browsing beberapa film dengan tema serupa di Google. Sebelum mengenal
situs Terbit21 dan Pahe.in, penulis mengunduh film ini di situs Layarkaca21
dengan ukuran yang cukup besar.
Pendahuluan
“The
Ninth Gate” adalah film produksi Lionsgate dan Artisan Entertainment tahun
1999. Menceritakan tentang seorang makelar buku licik bernama Dean Corso yang
sering membohongi klien untuk mendapatkan buku langka dengan harga murah dan
menjualnya kembali dengan harga tinggi. Suatu hari ia ditugaskan oleh seorang
klien bernama Boris Balkan untuk mencari suatu buu pembuka gerbang iblis
berjudul “The Ninth Gate of The Kingdom of Shadows” –atau disingkat “The Ninth
Gate” yang sangat langka. Sebenarnya Boris telah memiliki buku tersebut, namun
karena ada beberapa cetakan yang beredar, ia akhirnya menyewa Dean untuk
mencari cetakan lainnya dan memastikan cetakan yang ia pegang adalah yang asli.
Dalam perjalanannya, Dean menghadapi banyak rintangan, teror, dan teka-teki.
Sampai ia bertemu gadis pirang misterius yang bertindak sebagai semacam pemandu
bagi Dean menuju cetakan buku lainnya.
Dibintangi oleh
Johnny Depp, Lena Olin, Frank Langella, James Russo, Jack Taylor, Emmanuelle
Seigner, James Russo, Barbara Jefford, dan beberapa bintang lainnya.
Disutradarai oleh Roman Polanski, diadaptasi dari novel berjudul “El Club
Dumas” karya Arturo Perez-Reverte. (Polanski, 1999)
Metode
penulisan
Review
ditulis dengan menggunakan struktur penulisan ilmiah, namun menggunakan bahasa
yang santai layaknya review-review film lain yang beredar di internet. Isi
review murni merupakan opini penulis yang bukan seorang kritikus film,
melainkan penikmat film biasa. Review juga akan menjelaskan beberapa adegan
secara rinci, maka dari itu review ini akan mengandung spoiler. Untuk menghemat
waktu penulisan review, beberapa kalimat hanya disalin dari review sebelumnya,
dimana hal tersebut dianggap legal oleh penulis karena review yang disalin juga
merupakan tulisan pribadi penulis. Untuk tautan review film sebelumnya, akan
ditampilkan pada referensi pada bagian akhir review (Monsong,
2019) .
Tujuan
Adapun
tujuan penulisan review ini adalah untuk mengisi waktu senggang, dimana penulis
tidak sedang mengerjakan proyek film pendek, lomba, maupun web series, atau
dengan istilah lain yaitu “no life” pada masa libur kuliah. Tujuan penulisan
lainnya adalah menyampaikan pendapat penulis yang sudah lama tersimpan di dalam
benak terhadap film yang ditonton; sebagaimana yang diucapkan oleh dosen
penulis bahwa, isi otak kita harus diketahui oleh dunia . Selain itu, tujuan
lainnya adalah untuk mengurangi isi hard drive laptop tempat penulis menyimpan
film. Dengan selesainya review ini, film “The Ninth Gate” pun akan dihapus dari
laptop penulis.
Pembahasan
Karakter
Johnny Depp sebagai Dean Corso
Dean
Corso digambarkan sebagai seorang makelar buku yang licik. Ia sering menipu
keluarga kolektor buku untuk mendapatkan buku langka milik sang kolektor asli
dengan harga murah, lalu menjualnya kembali dengan harga tinggi. Kepribadiannya
tenang, sedikit apatis, namun penuh totalitas dan profesional dalam bekerja.
Prinsipnya dibuktikan dalam dialognya dengan karakter Boris, “Aku tidak perlu
suka padamu. Kau klien dan kau membayar dengan pantas”. Kata-katanya kadang
terdengar kejam, tapi itu demi menjaga profesionalitas dalam bekerja. Di sisi
lain, dia pandai memilih kata-kata untuk meyakinkan orang-orang di sekitarnya
agar melakukan apa yang dia mau.
Penulis
bukan penggemar Depp, jadi tidak terlalu tahu karakter asli Depp sebenarnya
seperti apa. Tapi berdasarkan ulasan-ulasan yang beredar di internet yang
mengatakan bahwa, Johnny Depp mampu memerankan karakter apa saja, mari kita
katakan Johnny Depp melakukan akting dengan baik.
Emmanuelle Seigner sebagai The
Girl
The
Girl atau Si Gadis, adalah sosok gadis misterius berlogat Perancis yang mulai
menjadi pemandu bagi Dean di pertengahan film. Tidak hanya bertindak sebagai
pemandu, tapi juga terkesan sebagai pelindung bagi Dean. Rambut pirang, mata
hirjau, celana panjang, syal, dan jaket hoodie, menunjukkan kesan bahwa dia
bukan sekadar wanita feminin. Dan jelas, dia adalah petarung yang handal.
Pertama
kali bertemu dengan Dean di seminar Boris Balkan. Namun baru benar-benar bicara
dengan Dean setelah menyelamatkan Dean dari teror di rumah salah satu pemilik
cetakan buku “The Ninth Gate”. Yah, mereka sudah pernah ngobrol sebelumnya di
gerbong kereta, tapi untuk pembicaraan yang lebih serius baru dimulai setelah
insiden tersebut. Seiring berjalannya film, di akhir terkuak bahwa dia adalah
iblis itu sendiri. Setidaknya itu yang penulis tangkap setelah melihat adegan
yang menampilkan sobekan buku bergambar wanita berambut panjang memegang buku
yang mirip dengan karakter ini.
Frank Langella sebagai Boris
Balkan
Pria
berusia 50-an tahun. Seorang kolektor buku terkenal yang memiliki salah satu cetakan
“The Ninth Gate”. Dari awal kemunculan dan dialognya dengan Dean Corso, sudah
cukup terlihat bahwa, Balkan adalah seorang pemuja setan. Dia sangat terobsesi
dengan buku-buku bernuansa iblis.
Oleh
karena itu, Balkan menyewa Dean untuk memastikan cetakan buku yang dia pegang
adalah yang asli. Dia membayar Dean untuk ke Portugal dan Perancis untuk
melihat dua salinan lainnya. Balkan juga meyakinkan Corso agar tetap bekerja
meski banyak teror yang menghantuinya. Di akhir film terkuak bahwa Balkan sudah
tahu isi terpenting dari ketiga cetakan “The Ninth Gate” dan sengaja membayar
Dean untuk mengumpulkan ketiganya agar mendapatkan keabadian.
Lena Olin sebagai Liana Telfer
Liana
adalah wanita berusia 40-an tahun yang menjadi salah satu antagonis di film
ini. Sebelum dipegang oleh Balkan, cetakan dipegang oleh suami Liana Telfer.
Dan ketika Dean akan memulai penyelidikan bukunya, Liana mendatangi Dean untuk
mendapatkan buku itu kembali. Saat pertama kali didatangi oleh Dean, ia seperti
tidak tertarik membahas buku itu, namun kemudian ia meneror Dean demi
mendapatkannya kembali.
Awalnya
dia mengajak Dean berhubungan intim. Setelah puas bermain, Liana mengambil
kesempatan untuk menggeledah tas Dean. Cukup licik, namun tidak sampai di situ,
dia mengirim bodyguard untuk mengikuti Dean demi mengambil kembali “The Ninth
Gate” milik suaminya.
Jack Taylor sebagai Victor Fargas
Fargas
adalah salah satu pemilik salinan “The Ninth Gate”. Dia berlokasi di Portugal.
Digambarkan sebagai orang tua yang ramah dan bijak namun kesepian karena
tinggal sendirian di rumah besar tanpa keluarga besarnya. Fargas merawat
buku-buku koleksinya dengan sangat baik. Dia juga mengizinkan Dean untuk
meneliti cetakan buku miliknya. Sayangnya, dia tewas tidak lama setelah Dean
berkunjung. Diduga karena dibunuh oleh bodyguard Liana.
Barbara Jefford sebagai Baroness
Kesler
Baroness
Kesler adalah salah satu petinggi di Perancis yang memiliki salinan “The Ninth
Gate”. Berbeda dengan Fargas, Kesler adalah sosok wanita yang sangat judes. Dia
bersikukuh bahwa, “The Ninth Gate” miliknya asli dan sempat menolak Dean untuk
menelitinya. Bahkan sampai mengusir Dean setelah tahu ia bekerja untuk Balkan.
Namun ketika Dean datang untuk kedua kalinya dengan ‘tawaran damai’, dia pun
menyetujui penyelidikan Dean di perpustakaannya.
Karakter
Kesler boleh berbeda dengan Fargas. Tapi sayangnya, nasib mereka sama. Bahkan,
tewasnya Baroness Kesler lebih mengenaskan dari Fargas.
Jose Lopez Rodero sebagai Ceniza
Bersaudara
Rodero
berperan sebagai sepasang saudara kembar yang menjadi pemilik “The Ninth Gate”
sebelumnya. Rodero memerankan dua orang sekaligus dengan sangat baik, meskipun
karakter keduanya tidak terlalu jauh berbeda. Pria lansia yang terlihat selalu
gembira dan terkesan usil.
Tony Amoni sebagai Bodyguard
Bodyguard
Liana ini tidak banyak bicara. Bahkan mungkin tidak pernah bicara sepanjang
film. Dia hanya bertugas meneror dan menghabisi orang-orang di sekitar Corso.
Digambarkan sebagai pria kulit hitam dengan jaket kulit hitam dan celana jeans.
Berkumis tipis dan rambut cepak pirangnya membuatnya terlihat seperti karakter
antagonis di film “Meteor-Man”.
James Russo sebagai Bernie
Kawan
Dean yang merupakan pemilik toko buku langka. Digambarkan sebagai pria berusia
30-an akhir yang hanya peduli pada uang, bisnis, dan wanita. Sepertinya dia
adalah perjaka tua. Sayangnya, dia berakhir tragis setelah diketahui menyimpan
“The Ninth Gate” yang dititip oleh Dean.
Cerita
Film
ini bercerita tentang sebuah buku iblis, yang jika digunakan sesuai tata cara
yang benar, akan mampu membuka sebuah gerbang iblis yang disebut “Gerbang
Kesembilan”. Sebagai film bernuansa iblis yang tayang di akhir 90-an, penulis
berekspektasi film ini akan seperti “End of Days” dimana iblisnya benar-benar
muncul dan meneror langsung dengan tokoh utama; atau seperti “Stigmata” yang
lebih bertema kegerejaan namun tetap horor. Tapi sayangnya, hal itu tidak
muncul pada “The Ninth Gate” ini. Bisa dikatakan, “The Ninth Gate” lebih
bergenre drama.
Film
dimulai dengan adegan suami Liana, Andrew Telfer, yang mengakhiri hidupnya
dengan gantung diri. Penulis mulai yakin akan ada sesuatu yang horor setelah
ini. Tapi ternyata tidak ada. Penyebab bunuh diri Telfer bahkan tidak terlalu
jelas.
Teror
yang dialami Dean sepanjang film juga tidak terlalu terasa mengerikan. Dimulai
dari tewasnya Bernie, tewasnya Fargas, lalu si bodyguard yang selalu
membuntutinya, tidak ada yang terlalu menegangkan. Ketika Balkan muncul di
akhir film sebagai lawan terakhir Corso juga tidak terlalu mengejutkan; dia
pemuja setan yang menyewa Dean untuk berburu buku, apa lagi yang bisa kita
harapkan dari karakter itu?
Tewasnya Bernie |
Tewasnya Fargas |
Musik
dan beberapa adegan dalam film membuat penulis merasa seperti menonton film
tahun 60-an atau 70-an. Misalnya adegan ketika Dean berkelahi dengan bodyguard
Liana di bawah jembatan lalu The Girl datang membantu; entah itu di bagian
koreo, shot, atau musiknya yang membuat adegan itu terasa sangat 60-an –dalam
artian negatif. Demikian juga dengan adegan ketika Bernie dan Kesler ditemukan
tewas; musiknya kurang memberi rasa tegang.
Adegan berkelahi |
Film
diakhiri dengan adegan Dean Corso yang berjalan ke sebuah gerbang. Penulis menangkap adegan ini
adalah Dean akhirnya mampu memunculkan gerbang kesembilan dan berjalan menuju
ke dalamnya, dan mendapatkan keabadian.
Secara
keseluruhan, penulis tidak terlalu suka alur ceritanya. Selain karena tidak ada
horornya, alur ceritanya juga terkesan lambat. Setidaknya adegan panas Dean dan
The Girl di akhir film cukup mencuci mata penulis; meskipun lagi-lagi mengapa
mereka melakukan itu setelah mengalahkan Balkan sangat tidak jelas.
Best lines
Dari
semua dialog dalam film ini, ada satu yang paling membekas dan masih membuat
penulis tersenyum sendiri. Bukan karena romantis; justru sebaliknya, dialog ini
kasar, tapi bisa dibilang sangat lucu. Yaitu adegan ketika Liana baru saja
selesai bercinta dengan Dean, lalu Liana
mulai menggeledah tas Dean untuk mencari buku “The Ninth Gate of The
Kingdom of Shadows”.
Liana : “Okay, where is it?”
Dean : “Where is what?”
Liana : “Don’t fuck with me!”
Dean : “I thought I already did.”
Yang
lucu dari dialog di atas adalah permainan kata atau pun kata “fuck”, dimana Liana mengatakannya sebagai “main-main”
atau “macam-macam”, sedangkan Dean menafsirkannya sebagai “bercinta”.
Kesimpulan
“The
Ninth Gate” merupakan film bernuansa iblis, namun tidak sesuai ekspektasi
penulis. Mungkin karena penulis yang salah mengunduh film dan berekspektasi
filmnya akan seperti “End of Days”. Namun, tidak ada salahnya mengapresiasi
akting dari Johnny Depp dan kawan-kawan dalam film ini yang tetap total.
Works Cited
Herawan, B. A. (2019, Januari 6). Memang Kenapa
Kalau Orang Awam Bikin Review Film? Retrieved Juni 23, 2019, from Medium:
https://medium.com/@aryandiaz/memang-kenapa-kalau-orang-awam-bikin-review-film-d4559c2ae19
Monsong, M. N. (2019, Juni 29). Review Film "Flight of The
Phoenix". Retrieved September 1, 2019, from Ini Blog Review Film Ya?:
https://mnmshowpart2herpbiki.blogspot.com/2019/06/review-film-flight-of-phoenix.html
Polanski, R. (Director). (1999). The Ninth Gate [Motion Picture].
Sadli, I. (2017, September). Belajar Cara Menulis Review Film.
Retrieved Juni 23, 2019, from ilhamsadli:
https://www.ilhamsadli.com/2017/09/belajar-cara-menulis-review-film.html
Komentar
Posting Komentar